GAMBARAN PELAKSANAAN PERAN KADER TUBERKULOSIS PADA PROGRAM DOTS DI KECAMATAN BANDUNG KULON
DOI:
https://doi.org/10.33755/jkk.v4i2.102Keywords:
DOTS, Kader, Tuberkulosis, PeranAbstract
Strategi DOTS direkomendasikan oleh WHO sejak tahun 1995 untuk penanggulangan penyakit TB. Keberhasilan pelaksanaan DOTS di masyarakat perlu melibatkan peran petugas kesehatan, keluarga, dan kader komunitas yang telah mengikuti pelatihan. Keberadaan kader TB di tengah masyarakat ini diharapkan dapat membantu penanggulangan penyakit TB. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pelaksanaan peran kader tuberkulosis pada program DOTS di Kecamatan Bandung Kulon. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Terdiri atas satu variabel dengan lima domain. Sampel dalam penelitian adalah 66 kader tuberkulosis yang telah mengikuti pelatihan. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner melalui teknik wawancara. Kuesioner yang digunakan sudah dilakukan uji validitas isi dilakukan pada tiga peneliti TB dan komunitas. Uji reliabilitas dengan Kuder Richardson formula 21 dengan nilai 0,88. Nilai uji reliabilitas instrumen 0,8. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi yang dilakukan secara komputerisasi. Hasil penelitian sebagian besar pelaksanaan peran kader tuberkulosis dalam program DOTS dalam kategori baik sebanyak 42 responden (63,6%) dan 24 responden (36,6%) dalam kategori tidak baik. Domain sebagai pemberi penyuluhan (63,6%) dan penjaringan suspek TB (68,2%) dalam kategori baik. Akan tetapi, domain peran sebagai koordinator PMO (63,4%) dan pembimbing dan pemotivasi PMO (63,6%) dalam kategori tidak baik serta domain peran sebagai PMO (50%) dalam kategori sama baik. Berdasarkan hasil Penelitian diharapkan petugas kesehatan yang menjalani program DOTS dapat mengevaluasi dan memperbaiki aspek yang kurang dalam pelaksanaan peran kader TB.References
Anderson, E., McFarlane, J. 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik Edisi 3. Jakarta: EGC.
Awusi, R.Y., Saleh, Y.D., Hadiwijoyo, D. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi penemuan penderita TB paru di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat 25(2): 59-68.
Community TB CARE. 2009 . Modul I tuberkulosis dan penanggulangannya. Tidak dipublikasikan.
_______. 2009. Modul II peran komunitas dalam penanggulangan tuberkulosis
di Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Buku saku kader program penanggulangan TB.Jakarta: Ditjen PP&PL.
Dinas Kesehatan Kota Bandung. 2011 . Data penyakit tuberkulosis di Kota Bandung. Bandung: Tidak dipublikasikan.
Dinkes Kota Denpasar. 2013. Pelatihan kader tuberkulosis melalui desa Pakraman.http://dinkes.denpasarkota.go.id/index.php/baca-berita/6151/Pelatihan-Kader- Tuberculosis-awalTBakhir-Melalui-Desa-Pakraman. Diakses Pada Januari 2014..
Herce, M., et al. 2009. A Role for community health promoters In tuberculosis control in the state of Chiapas, Mexico. Springer Sciences+Busines Media.
Herryanto, Komalig, F., Sukana, B., Musadad, B. A. 2004. Peranan Pengawas Menelan Obat Pada Kejadian Putus Berobat Penderita TB Paru di DKI Jakarta Tahun 2002. Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 2 Tahun 2004.
Islam, S. 2013. Training of community healthcare providers and TB case detection. Bangladesh: International Health; 5(3):223-7.
Khynn TW, Sian ZN, Aye M. 2004. Community-based assessment of dengue-related knowledge among caregivers. Dengue Bulletin 2004; 28:189-95
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2011. Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: tidak dipublikasikan.
Lindner, J.R. Dooley, K.E., 2002. Agricultural Education Competencies and Progress towards a Doctoral Degree. Journal of Agricultural Education. Vol. 43, No. 1. pp. 57-68.
Nepal AK, Shiyalap K,Sermsri S,Keiwkarnka B. 2012. Compliance with DOTS among tuberculosis patients under community based DOTS strategy in Palpa District, Nepal. Int J Infect Microbiol. 1(1):14-19.
Notoatmodjo, Soekidjo.2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, R. A. Studi Kualitatif Faktor Yang Melatarbelakangi Drop Out Pengobatan Tuberkulosis Paru. KEMAS 7 (1) (2011) 83-90
Ong’ang’o, J.R et al. 2014. The effect on tuberculosis treatment adherence from utilising community health workers: A comparison of selected rural and urban settings in Kenya. PLoS ONE 9(2): e88937. doi:10.1371/journal.
Simanjutak, M. 2012. Karakteristik sosial demografi dan faktor pendorong peningkatan kinerja pposyandu. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Volume 2, Nomor 01, April 2012.
Sukmah, Mahyudin, Suarnianti. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pada pasien TB paru di RSUD Makassar. Volume 2 Nomor 5 Tahun 2013, ISSN : 2302-1721.
Sungkar, S., Winita, R., Kurniawan, A. 2010. Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat dan kepadatan Aedes aegypti di kecamatan Bayah, Provinsi Banten. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14, NO. 2, DESEMBER 2010: 81-85
WHO : DOTS. 2012. Pursue high-quality DOTS expansion and enhancement http://www.who.int/tb/dots/en/. Diakses Januari 2014.
WHO TB Data. 2018. Global tuberculosis report 2017 http://www.who.int/tb/country/en/. Diakses Pada Juni 2018.
WHO. 2014. Track 1: Community empowerment 7th Global Conference on Health Promotion: Track themes.
http://www.who.int/healthpromotion/conferences/7gchp/track1/en/#
Wijaya, I. M. 2013. Pengetahuan, sikap, dan motivasi terhadap keaktifan kader dalam pengendalian tuberkulosis. Kemas 8(2) (2013): 137-144. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas. Diakses Pada Januari 2014.